Jumat, 15 November 2013

Bukan Soal Asalku, tapi perhatikan tujuanku,.

"Pantes nggak tertib, lha wong Tim*r kok"

"Woooooo, cen ra iso alon le omong, karang wong Sumat*ra"

"Cen medit, soale C*no"

     Identifikasi tersebut umum didengar dalam aktifitas sehari-hari kita. Ketika sesuatu yang tak sesuai kebiasaan kita dianggap sebagai milik ras tertentu dan bukan bagian dari ras kita. Sehingga superioritas kita akan suatu ras mengemuka ke khalayak. Menggelitik dan cukup lucu ketika secara global dunia melawan perilaku rasisme yang diskriminatif namun kita masih saja secara spontan melakukannya. Tidak bermaksud menyalahkan perilaku sehari-hari kita namun sedikit lebih menahan diri tentu akan mampu membuat kita lebih harmonis dalam interaksi sosial. Stigma ras tertentu itu pelit, ras tertentu itu penjahat perlu dijauhkan dalam kehidupan sehari-hari. Negara ini merupakan negara yang majemuk dengan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyannya. Rasisme menurut wikipedia.com didefinisikan sebagai suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu, bahwa suatu ras tertentu lebih superior atas ras yang lain sehingga ras tertentu itu bisa mengatur ras lainnya.

     Secara global dunia telah melawan perilaku rasisme yang diskriminatif sehingga ada berbagai macam traktat atau kesepahaman global atas penghapusan perilaku rasis. Indonesia yang memiliki Bhineka tunggal ika sangat rentan atas isu-isu rasis ini. Sekali saja isu tersebut disulut maka tak ayal bangsa ini akan membara. Tulisan ini sesungguhnya bukan semata-mata membahas persoalan tentang rasisme namun lebih kepada hal yang lebih jauh lagi, yaitu visi kebangsaan yang lebih jauh. Setiap kejadian itu bukan saja soal asal muasal para pelaku kejadian namun lebih jauh justru soal tujuah para pelaku.

     Kemampuan suatu golongan tidak didasarkan atas asal usulnya sehingga bukan asal usul yang seharusnya menjadi pembeda dalam sebuah pencapaian. Bukan asal usul yang penting namun justru tujuanlah yang perlu diperhatikan. Bukan soal Sumatera yang tak bisa bicara pelan tapi memang tata geografis Sumatera sajalah yang mengharuskan suara harus sedikit lebih keras. Bukan soal Timur atau Barat jika perilaku tertib tidak terjadi, perilaku tidak tertib itu bukan bawaan Timur atau Barat namun sudah menjadi karakter dasar manusia. Sehingga yang perlu ditekankan adalah Tujuan itu bukan didasarkan atas asal usul si pelaku namun justru dari mulia atau tidaknya tujuan itu. Mau orang Timur, Barat, Selatan, Utara yang namanya mencuri itu tetap saja salah. Tak peduli Timur, Barat, Selatan, Utara ketika membangun bangsa dan menegakkan agama Allah itu menjadi tujuan maka baik itu tetap baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar